Ayam Kalkun adalah ayam yang berasal dari negara
Amerika. Ayam kalkun disebut juga ayam Turkey yang konon katanya ayam tersebut
berasal dari negara Turki tapi karena ayam tersebut banyak dibudidayakan dan
dikembang di Amerika sehingga mereka
mengklaim bahwa ayam kalkun berasal dari Amerika. Ayam kalkun yang berbulu
cantik dan ukuran yang cukup besar dibanding ayam ayam kampung biasa ini bisa
dijadikan sebagai ayam hias ataupun juga bisa dijadikan sebagai ayam potong. Di
kalangan masyarakat kita masih jarang mengkonsumsi daging ayam kalkun ini,
dikarenakan mereka masih berpikir bahwa dagingnya kurang enak. Melihat potensi
ternak ayam kalkun yang begitu besar membangkitkan semangat kami untuk mempelajari peternakan kalkun. Sepasang
indukan ayam kalkun memiliki
harga Rp 750.000,00 sedangkan
harga jual anakkan ayam kalkun berumur sekitar 1-2 bulan Rp 60.000,00 –
75.000,00 per ekor semakin membuat kami
tertarik untuk beternak ayam kalkun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Profil
Perusahaan
Tabel 1. Profil Perusahaan
|
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
|
1
|
Nama
|
Pak Kobul
|
|
2
|
Alamat
|
Ngaliyan
|
|
3
|
Pendidikan
|
SMA
|
|
4
|
Mulai Beternak
Tahun
|
2012
|
|
5
|
Ilmu Beternak
didapat dari
|
Otodidak
|
|
6
|
Jumlah Ternak
|
40 ekor
|
Peternakan
kalkun dimiliki oleh Pak Kobul, yang terletak di Ngaliyan Semarang. Peternakan
tersebut berdiri sejak tahun 2012. Peternakan kalkun Pak Kobul berjumlah 40
ekor. Awal mula terbentuk peternakan karena kecintaan Pak Kobul terhadap kalkun
dan semakin lama memelihara kalkun dapat menghasilkan keuntungan finansial. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2003) yang menyatakan bahwa perusahaan
peternakan merupakan suatu usaha yang diupayakan oleh masyarakat dan usaha
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 sifat atau jenis terak diantaranya jenis
usaha ternak ruminansia dan non-ruminansia. Hasil akhir yang didapatkan dari
ternak ruminansia dapat berupa daging dan susu sedangkan dari jenis
non-ruminansia dapat berupa daging dan telur. Hal ini sesuai dengan pendapat
Erly (2008) yang menyatakan bahwa suatu perusahaan memiliki suatu tujuan untuk
mendapatkan keuntungan dari suatu produk yang diproduksi dan dalam mencapai
keberhasilansuatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal
serta strategi yang digunakan.
2.2. Kondisi Lingkungan dan Kandang Ternak
Tabel 2. Kondisi Lingkungan dan Kandang Ternak
|
No
|
Indikator
|
Jawaban
|
|
1
|
Jarak kandang dengan pemukiman
|
1 meter
|
|
2
|
Apakah lingkungan mendukung
|
Tidak karena dekat
pemukiman
|
|
3
|
Ternak lain disekitar kandang
|
Ayam, bebek
|
|
4
|
Sumber air
|
Air sumur
|
|
5
|
Kondisi saluran pembuangan feses
|
Tidak ada saluran
pembuangan feses
|
|
6
|
Tanaman disekitar kandang
|
Tidak ada
|
|
7
|
Suhu udara dan tiupan angin
|
Tidak ada
|
|
8
|
Sifat bangunan kandang
|
Semi permanen
|
|
9
|
Kebersihan alas kandang
|
Tidak ada
|
|
10
|
Tempat pakan dan minum
|
Terbuat dari
plastik
|
|
11
|
Kondisi lain yang kurang memenuhi syarat
|
Bentuk kandang
kurang baik, alas kandang tidak bersih
|
|
12
|
Cara membersihkan tubuh ternak
|
Tidak ada
|
|
13
|
Cara membersihkan kotoran
|
Tidak ada
|
|
14
|
Cara membuang kotoran yang menumpuk
|
Tidak ada
|
Berdasarkan data yang diperoleh
bahwa kondisi lingkungan dan kandang kalkun diketahui kurang baik karena jarak
kandang dengan pemukiman berjarak satu meter, tidak terdapat saluran pembuangan
eksreta, tidak ada perlakuan pembersiahan alas kandang, serta tidak adanya
perlakuan untuk membersikan kotoran ternak da membuang kotoran yang telah
menumpuk. Kondisi lingkungan harus diperhatikan atau lebih tepatnya lagi
dibersihkan, karena sanitasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit
terhadap ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susilorini et al. (2008) yang menyatakan kebersihan
lingkungan merupakan salah satu upaya untuk pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Lokasi peternakan kalkun yang dekat dengan pemukiman
ditakutkan dapat mengganggu produktivitas ternak itu sendiri. Kandang yang
tidak tersedia untuk tempat pembuangan feses ketika feses menumpuk ditakutkan
menyebabkan ammonia yang tinggi dan akan menyebabkan ternak kalkun mudah sakit.
Feses yang terlalu lama dibiarkan menumpuk akan menyebabkan kondisi kandang
menjadi lembab dan ketika kelembaban tinggi mikroba akan mudah tumbuh. Hal ini
sesuai dengan pendapat Saparinto (2015) yang menyatakan bahwa kondisi
lingkungan kalkun atau kandang kalkun tidak boleh terlalu lembab.
Kandang untuk ayam kalkun harus
sesui dengan jumlah dari ternak. Kandang dari kalkun harus terdiri dari kandang
umbaran dan kandang tetap. Hal ini sesui dengan pendpat dari Ahyodi et al. (2014) yang menyatakan bahwa
Kalkun membutuhkan ruangan untuk bergerak dan beraktivitas sehari-hari (termasuk
perkawinan, untuk itu diperlukan lokasi yang berguna sebagai umbaran, dimana lokasi
umbaran ini harus dikelilingi pagar yang rapat agar aman. Kandang kalkun yang
ada dalam peletakan atau penataan cahaya agar cahaya dapat masuk secara optimal
sudah baik, karena kandang menghadap ke timur sehingga cahaya pada pagi hari
dapat masuk secara optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Saparinto (2015) yang
menyatakan bahwa kandang kalkun dibuat menghadap ke timur agar terkena sinar
matahari saat pagi hari dan membuat kalkun lebih sehat.
2.3. Pakan dan Penyakit Ternak
Tabel 3. Pakan dan penyakit
|
No.
|
Indikator
|
Jawaban
|
|
1.
|
Penyakit yang pernah menyerang ternak
|
SNOT
|
|
2.
|
Lamanya ternak terserang penyakit
|
7 hari
|
|
3.
|
Cara menangani penyakit tersebut
|
Diberi dengan minyak tanah setengah sendok ke paruh
kalkun
|
|
4.
|
Usaha untuk mencegah penyakit
|
Tidak ada
|
|
5.
|
Pakan yang diberikan
|
Hijauan 60% dan konsentrat 40%
|
|
6.
|
Waktu pemberian pakan
|
Pagi dan sore
|
Dari wawancara yang telah dilakukan
dengan peternak kalkun diperoleh hasil bahwa penyakit yang pernah menyerang
pada kalkun adalah SNOT, lamanya kalkun terserang penyakit yaitu 1 minggu atau
7 hari, cara mengobati atau menanganinya adalah kalkun diberi dengan minyak tanah
sebanyak setengah sendok makan, usaha peternak untuk mencegah penyakit yaitu
tidak ada, pakan yang diberikan berupa hijauan 60% dan konsentrat 40% dan
diberikan pada pagi dan sore hari. Menurut Asheri (2015) bahwa penyakit SNOT
merupakan penyakit bakterial menular yang menyerang sistem pernafasan pada
unggas, penyakit ini bersifat akut sampai sub akut dan dalam progressnya bisa
menjadi kronis apabila tidak ditangani dengan baik dan benar. Cara penanganan
yang dilakukan peternak kurang baik karena cara ini kurang efisien untuk
menyembuhkan penyakit SNOT dan kurang aman bagi kesehatan kalkun, sebaiknya
penangan yang dilakukan adalah dengan menggunakan obat-obatan tradisional
karena lebih aman bagi kesehatan ternak serta tidak menimbulkan dampak residu
pada telur ataupun daging yang dapat membahayakan konsumen. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hariana (2006) yang menyatakan bahwa pengobatan
penyakit-penyakit pada unggas seperti sebaiknya menggunakan obat-obat
tradisional atau obat-obat alamiah karena tidak memiliki efek samping seperti
obat-obat kimiawi serta tidak menimbulkan dampak timbulnya residu ke dalam
telur maupun daging yang dapat membahayakan konsumen. Usaha untuk mencegah
timbulnya penyakit oleh peternak tidak ada, hal ini tidak baik karena upaya
pencegahan penyakit merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang
produksi kalkun supaya tidak menurun serta untuk menekan angka kematian pada
suatu peternakan, sebaiknya dilakukan pencegahan penyakit seperti sanitasi
kandang secara rutin seperti membersihkan kotoran-kotoran yang telah menumpuk
yang dapat menjadikan kandang menjadi lembab, mengusahakan kandang untuk
terkena sinar matahari, dan memberikan vitamin pada kalkun agar daya tahan
tubuh ternak tetap terjaga. Pakan yang diberikan serta waktu pemberian pakan
oleh peternak sudah baik, idealnya kalkun diberikan pakan 2 kali dalam sehari
yaitu pada pagi hari dan sore hari. Menurut Zulfikar (2009) bahwa manajemen
pemeliharaan unggas yang baik membutuhkan penanganan serta perhatian khusus,
berupa penyesuaian lokasi kandang, sanitasi kandang dan pemberian pakan yang
baik merupakan upaya untuk mencegah berbagai jenis penyakit yang dapat
menyerang unggas.
2.4. Jenis Ternak
Kalkun yang dikembangkan di Indonesia memiliki tubuh
relatif lebih kecil dibandingkan dengan kalkun yang dipelihara dinegara maju.
Bobot kalkun betina dewasa sekitar 3,0 – 3,5 kg sedangkan jantan 6 – 8 kg.
warna bulu beragam, ada yang gelap, putih, gelap bercampur putih, coklat, abu-abu.
Diduga kalkun ini adalah keturunan dari berbagai spesies dan varietas kalkun
yang ada pada waktu itu dibawa masuk oleh orang-orang Belanda ke Indonesia
(Prayitno dan Murad, 2009).
Jenis kalkun yang
dipelihara oleh Bapak Kobul merupakan jenis kalkun Broad Breasted Bronze
yang jenis kelamin pejantan dan betina dengan umur ± 1bulan. Nafsu makan dan
minum sangat bagus seiring dengan tingkah laku kalkun yang aktif. sehingga
membuat pertumbuhan ayam kalkun menjadi optimal. Biasanya Bapak Kobul menjual
ayam kalkunnya saat berumur 1 – 3 bulan dengan harga kisaran Rp 50.000,- untuk
satu ekor ayamnya. Motivasi Bapak Kobul beternak ayam kalkun adalah karena
pasion dan beternak dilakukan secara mandiri. Ciri- ciri kalkun Broad Breasted Bronze memiliki warna
bulu gelap dan warna perunggu pada ekor dan sayapnya, pertumbuhan yang baik
ditandai dengan bobot tubuh pejantan mencapai 4,8 – 5,0 kg pada umur 24 minggu
dan betina mempunyai bobot mencapai 3,5 kg pada umur 17 minggu (North dan Bell,
1990). Cara membandingkan kalkun jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran
tubuh yaitu pada jantan memiliki tubuh lebih besar dibandingkan dengan kalkun
betina. Selain itu, kalkun jantan memiliki bulu yang lebih indah dan snood yang lebih panjang di atas
kepalanya dibandingkan betina (Maspul, 2012).
2.5. Penghasilan dan Kendala Usaha
Penghasilan perbulan dari
usaha peternakan kalkun milik pak kobul tidak menentu hal ini dikarenakan
pemasaran dilakukan saat ada pesanan ayam kalkun. Kalkun didapatkan dari sesama
peternak ayam kalkun atau sesama penghobi ayam kalkun. Keuntungan yang didapat
dari pemeliharaan ayam kalkun yaitu berupa keuntungan finansial dan kepuasan
tersendiri. Kendala yang dihadapi oleh peternak ayam kalkun adalah saat
melakukan perkawinan hal ini dikarenakan pak kobul belum mengetahui massa
dimana ayam kalkun perlu dikawinkan dan kurangnya peminat ayam kalkun.
Perizinan untuk membangun peternakan ayam kalkun belum dimiliki pak kobul hal
ini dikarenakan bentuk peternakan milik pak kobul belum terlalu.
2.6. Telur yang Ditetaskan
Hasil
survei yang dilakukan pada peternakan kalkun milik Pak Kobul didapat hasil
sebagai berikut :
|
No
|
Indikator
|
Pengamatan
|
|
1
|
Telur yang dihasilkan
|
9-15 telur/bulan
|
|
2
|
Harga telur
|
Rp 15.000/butir
|
|
3
|
Daya tetas
|
Sekitar 80%
|
|
4
|
Harga kalkun 1 minggu setelah netas
|
30.000-35.000
|
|
5
|
Harga kalkun umur 1 bulan
|
50.000
|
|
|
|
|
Berdasarkan tabel diketahui bahwa
telur yang dihasilkan oleh seekor induk kalkun adalah 9-15 telur/bulan. Telur
yang dihasilkan pada peternakan kalkun Pak Kobul cukup baik. Hal ini sesuai
pendapat Rasyaf dan Amrullah (1983) bahwa seekor kalkun dapat menghasilkan
telur sekitar 12-16 butir/bulan. Berdasarkan jumlah telur yang dihasilkan, akan
memiliki daya tetas sekitar 80%. Menurut Ahyodi et al. (2014) daya tetes telur
kalkun yang baik mencapai 86,93% pada kisaran bobot telur 75,00 – 79,90 g.
Perbedaan daya tetas telur kalkun dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti rasio jantan dan betina, umur indukan dan lama penyimpanan telur. Hal
ini sesuai pendapat Ahyodi et al. (2014) bahwa faktor yang mempengaruhi daya
tetes telur kalkun meliputi umur induk, perbandingan jantan dan betina, bobot
dan betuk telur dan lama penyimpanan telur. Menurut Kartasudjana dan Suprijatna
(2006) bahwa telur tetas kalkun harus dipilih dari indukan yang tidak terlalu
muda maupun tua serta rasio yang baik jantan dan betina adalah 1:5 sampai 1:8.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyodi, F.,
Nova, K., & Kurtini, T. (2014). pengaruh bobot telur terhadap fertilitas,
susut tetas, daya tetas, dan bobot tetas telur kalkun. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu, 2(1).
Asheri,
N. 2015. Gambaran patologi paru-paru
ayam petelur yang terserang coryza
(snot) setelah pemberian ekstrak bawang putih (allium sativum linn). Skripsi. Fakultas Kedokteran.
Universitas Hassanudin, Makassar.
Erly, S. 2008. Perencanaan Pajak. Penerbit
salemba Empat, Jakarta.
Kartasudjana,
R., dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hariana,
A. 2006. 812 Resep untuk Mengobati 236 Penyakit. Cetakan ke-1. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Maspul. 2012. Apa-itu-Kalkun-dan-Jenis-jenis-kalkun/219/
com/ 18 maret 2013
North, M.O dan D.D. Bell. 1990. Commercial
Chicken Production Manual. 4Ed. Connecticut Avi Publishing. New York.
Prayitno, D.S., dan B.C. Murad. 2009.
Manajeman Kalkun Berwawasan Animal Walfare. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Rasyaf, M. dan
I.K. Amrullah. 1983. Beternak Kalkun. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Petelur. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Saparinto, C. 2015. 34 Bisnis Peternakan Hasilkan
Jutaan Rupiah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susilorini,
T. E., Manik E. S. dan Muharlien. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Zulfikar.
2009. Pelatihan
Kader Vaksinator Gampong Berdampak
Positif Terhadap Penyakit Unggas. Dinas Pertanian dan Peternakan. Kabupaten Pidie Jaya. Aceh.